Wisatawan Dilarang Membangun Tenda di Gunung Bromo, Probolinggo – Gunung Bromo, destinasi wisata alam yang terkenal di Jawa Timur, kini menghadapi peraturan baru yang cukup ketat. Mulai bulan Juli 2024, wisatawan dilarang membangun tenda di kawasan gunung ini. Kebijakan ini diberlakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan keselamatan pengunjung.

Gunung Bromo, dengan keindahan panorama alam dan kawah aktifnya, menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya. Namun, peningkatan jumlah pengunjung yang membangun tenda di area sekitar Bromo telah menimbulkan beberapa masalah lingkungan. Sampah yang ditinggalkan, kerusakan vegetasi, serta gangguan terhadap satwa liar menjadi perhatian utama pihak pengelola taman nasional.

Kepala BB TNBTS, John Kurniawan, menjelaskan bahwa kebijakan ini diambil untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem Gunung Bromo. “Kami melihat adanya peningkatan kerusakan lingkungan yang cukup signifikan akibat aktivitas camping yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk melarang pembangunan tenda di kawasan ini,” ujarnya dalam konferensi pers.

Selain alasan lingkungan, keselamatan pengunjung juga menjadi pertimbangan penting. Cuaca di Gunung Bromo bisa berubah dengan cepat dan ekstrem, terutama pada malam hari. Tenda yang tidak didirikan dengan baik dapat mengakibatkan risiko kecelakaan bagi wisatawan. “Kami ingin memastikan bahwa semua pengunjung dapat menikmati keindahan Gunung Bromo dengan aman,” tambah John.

Sebagai gantinya, BB TNBTS telah menyediakan alternatif akomodasi yang lebih aman dan ramah lingkungan. Wisatawan kini dianjurkan untuk menggunakan fasilitas homestay yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Homestay-homestay ini tidak hanya menawarkan kenyamanan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk merasakan budaya lokal Tengger yang unik.

Respon dari masyarakat dan pelaku industri pariwisata beragam. Beberapa mendukung kebijakan ini sebagai langkah positif untuk menjaga keberlanjutan pariwisata di Bromo. “Kami mendukung penuh langkah ini. Kami percaya bahwa menjaga kelestarian alam adalah investasi jangka panjang bagi pariwisata,” kata Wati, seorang pengelola homestay di kawasan Tengger.

Namun, ada juga yang merasa kecewa karena camping telah menjadi bagian dari pengalaman berwisata di Bromo. “Kami mengerti tujuannya, tetapi bagi kami yang suka camping, ini tentu menjadi pembatasan. Semoga ada solusi yang bisa menyeimbangkan antara pelestarian lingkungan dan kepuasan wisatawan,” ujar Rudi, seorang pengunjung setia Gunung Bromo.